Info Sekolah
Rabu, 21 Mei 2025
  • Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal, yaitu: cerdas, selalu ingin tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru, dan dalam waktu yang lama.
  • Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal, yaitu: cerdas, selalu ingin tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru, dan dalam waktu yang lama.
6 Mei 2025

Muthahhari Cukup dengan SC, SAC, dan SWC

Sel, 6 Mei 2025 Dibaca 24x Kepanduan / Kesiswaan / Pendidikan

Di tengah maraknya sekolah-sekolah yang mengirimkan siswa-siswinya ke luar untuk mengikuti berbagai macam pelatihan motivasi, training spiritual, hingga camp bertema survival, Yayasan Muthahhari mengambil langkah berbeda. Kami tidak merasa perlu mengadopsi program luar jika kami telah mampu menyelenggarakan kegiatan serupa dengan ruh dan cita rasa yang lebih mendalam—yakni yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan semangat pencerahan yang kami pegang.

Kami memiliki SC (Spiritual Camp), SAC (Scout Adventure Camp), dan SWC (Spiritual Work Camp)—tiga kegiatan unggulan yang bukan sekadar program tahunan, tetapi adalah bagian dari ruh pendidikan karakter di Muthahhari. SC menguatkan aspek spiritual dan pengenalan diri. SAC menempa ketangguhan mental dan kerja sama tim melalui kegiatan alam. Dan SWC memperdalam empati dan tanggung jawab sosial dengan kerja-kerja nyata di masyarakat.

“Pendidikan bukan hanya pemindahan ilmu dari otak guru ke otak murid, tetapi adalah proses pembentukan jiwa. Kita ingin anak-anak kita menjadi manusia seutuhnya—yang berpikir dengan akalnya, merasakan dengan hatinya, dan bergerak dengan jiwanya.”
— KH. Jalaluddin Rakhmat

Kutipan itu bukan sekadar semboyan bagi kami di Yayasan Muthahhari. Ia menjadi fondasi dalam merancang setiap program pendidikan yang tidak hanya menargetkan prestasi akademik, tetapi lebih dari itu—membentuk karakter yang tangguh, empatik, dan berjiwa spiritual.

Ketiga program ini dirancang bukan hanya untuk membekali siswa dengan keterampilan fisik dan emosional, tetapi juga untuk mengakar kuat pada nilai-nilai spiritualitas, keberanian sosial, dan semangat melayani. Di dalam SC, mereka belajar merenung dalam hening, berdialog dengan diri sendiri, dan mendekat kepada Sang Pencipta. Di SAC, mereka belajar bertahan, memimpin, dan membangun solidaritas. Sementara dalam SWC, mereka menyatu dengan masyarakat, membersihkan masjid, membantu petani, hingga berdialog dengan mustadh’afin—yang semuanya membentuk kepekaan sosial yang otentik.

Kami percaya bahwa karakter tidak dibentuk dalam ruangan ber-AC dengan slide motivasi. Karakter lahir dari keringat, doa, tawa, dan air mata yang jatuh dalam proses menempa diri. Maka, bagi kami, cukup: SC, SAC, dan SWC. Inilah jalan kami mencetak insan-insan tangguh yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial.

Muthahhari tidak sekadar mendidik siswa untuk lulus ujian, tetapi menyiapkan mereka untuk lulus dalam kehidupan.

“Kalau Muthahhari sudah punya SC, SAC, dan SWC, maka kami tak butuh pengganti. Cukup ini, untuk menjadikan anak-anak kami tangguh, cerdas, dan berkarakter.”

Scout Adventure Camp (SAC) adalah salah satu program unggulan SMA Plus Muthahhari yang dirancang tidak sekadar untuk melatih keterampilan kepramukaan, tetapi juga menempa karakter, jiwa kepemimpinan, dan semangat pengabdian sosial. Selama tiga hari, mulai Kamis hingga Sabtu, 1–3 Mei 2025, para peserta kelas X berjumlah 27 orang mengikuti rangkaian kegiatan intensif di kaki Gunung Manglayang, Batu Kuda. Mereka dipandu oleh panitia Ambalan Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra, didampingi oleh pembina Kak Iis Rosilah, serta dilatih langsung oleh Kak Mulyadi, Kak Helmi, dan Kak Resti dari Satuan Pramuka UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hari Pertama: Menyalakan Nyala Kepemimpinan
Hari baru dimulai bukan dengan teori besar, melainkan dengan hal kecil: latihan memasang sepatu secepat dan seakurat mungkin. Mungkin terdengar sepele, tetapi di sanalah karakter dibentuk—dari ketepatan waktu dan kesungguhan.
Kemudian tenda-tenda berdiri dalam lomba membangun dom kelompok: latihan kepemimpinan dan kerja sama dalam wujud nyata. Yel-yel digemakan, penuh semangat dan tawa, memperkuat persaudaraan. PBB (Peraturan Baris Berbaris) dilatih bukan sekadar keteraturan langkah, tapi juga keteguhan hati.

Di sela aktivitas, aroma sedap masakan ala alam tercium dari lomba memasak. Di sinilah kemandirian diuji: bukan hanya bisa hidup, tetapi hidup dengan rasa dan rasa syukur.
Malamnya, tafakur di atas bukit. Di bawah langit yang luas, anak-anak duduk hening. Bintang-bintang menyaksikan mereka berdialog diam dengan Tuhan. Tak banyak kata, hanya hati yang menyatu dalam tadabur alam. Di akhir malam, Sandi Morse cahaya menyala di tangan mereka, menyampaikan pesan dari hati ke hati, dari cahaya ke cahaya.

Hari Kedua: Dari Ujian Jadi Ketangguhan
Subuh membuka hari kedua. Doa dan kultum menenangkan, tapi juga menguatkan. Setelah senam dan sarapan, saatnya memasuki jantung petualangan: Wide Game Adventure. Ada lima pos, masing-masing seperti babak dalam cerita kehidupan:
• Gerak bersama
• Sandi semapur
• Baris-berbaris
• Pembuatan tandu darurat
• Simulasi evakuasi bencana
Petualangan ini bukan hanya tentang teknik. Mereka belajar strategi, kecepatan, daya tahan, bahkan makan siang pun dalam suasana perang: tiarap, menghindar, berguling, dan mengangkat kaki seolah menyelamatkan diri dari reruntuhan. Semua adalah simulasi, tapi kesungguhan mereka nyata.
Setelahnya, teori-praktik P3K membekali mereka untuk menyembuhkan, membaca alam raya mengajarkan kepekaan dan kebijaksanaan, serta persiapan api unggun menjadi tempat mereka belajar memimpin dalam diam dan tanggung jawab bersama.

Malamnya, pelantikan Bantara oleh Kepala Sekolah Ibu Ir. Dra. Dewi Listia, M.Si., berlangsung di tengah hujan. Suasana khidmat. “BANTARA adalah singkatan dari Bantu Tata Ramu. Jadilah penegak yang bisa membantu, menata, dan meramu kebaikan,” pesan beliau.

Hujan reda. Api unggun dinyalakan. Kak Mulyadi memberi amanat, “Jadilah api yang menghangatkan, bukan membakar. Jadilah semangat yang menyatukan, bukan memecah.”
Pentas seni meledak dengan kreativitas. Dari tari, pantun, drama, hingga parodi. Anak-anak menari, menyanyi, dan tertawa. Seolah lelah dan dingin tidak pernah ada. Bahkan saat tenda mereka basah, mereka tetap menyanyikan “di sini senang, di sana senang” dengan gembira. Anak Pramuka memang seperti penyanyi dangdut: menangis sambil bergoyang, basah sambil tertawa.

Hari Ketiga: Di Puncak Kita Menjadi
Pagi subuh mereka bangkit lagi, beribadah di bawah udara sejuk gunung, lalu hiking menuju puncak. Di sana, mereka menatap Bandung dari ketinggian. Kabut menyibak, cahaya mentari menyembul. Diam-diam mereka merasa: “Ini indah, dan aku kuat.”

Setelah berkemas, upacara penutupan menjadi panggung terakhir. Hadiah dibagikan. Lelah tak terasa saat kebahagiaan menyapa. Salah satu peserta, Sauqi, berkata dengan senyum:
“Cape itu ilusi, Kak. Karena hatiku senang.”

Pesan dan Kesan SAC untuk Para Orang Tua

SAC bukan sekadar kemah. Ia adalah madrasah kehidupan. Di sana, anak-anak Anda belajar tanpa papan tulis, tapi dengan langit sebagai atap dan tanah sebagai guru. Mereka belajar hidup dalam keterbatasan, belajar bangkit setelah jatuh, dan belajar mencintai kebersamaan.

Di SAC, anak Anda menangis karena rindu, tapi juga tertawa karena cinta. Mereka belajar menghormati pemimpin, mencintai teman, dan menyapa semesta.

Untuk Ayah dan Bunda, yakinlah: di sinilah anak-anak itu ditempa. Dengan SC (Spiritual Camp), SAC (Scout Adventure Camp), dan SWC (Spiritual Work Camp), Muthahhari bukan hanya mendidik, tapi menghidupkan nilai.

Muthahhari cukup. Cukup untuk melahirkan pemimpin masa depan.
Cukup untuk membuat anak Anda mencintai ilmu, alam, sesama, dan Tuhan.
Cukup, karena di sinilah jiwa-jiwa dibentuk.

By
Akhi