Di tengah gegap gempita Kecerdasan Buatan (AI), banyak institusi pendidikan berlomba mengadopsi teknologi. Namun, ada sebuah pertanyaan fundamental yang sering terlupakan: di saat kita sibuk menyiapkan kecerdasan buatan, siapa yang menyiapkan kekuatan mental anak-anak kita?

Iis Rosilah, S.Pd.I, seorang pendidik dari Yayasan Muthahhari Bandung yang juga merupakan mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menjadi perwakilan Indonesia yang menyuarakan gagasan penting di panggung pendidikan internasional. Dalam ajang International Conference ICON IMAD XIV yang berlangsung di Brunei Darussalam pada 6-8 Oktober 2025, beliau memaparkan hasil studi risetnya mengenai tiga pilar krusial untuk masa depan pendidikan menghadapi era digital: keseimbangan antara literasi Kecerdasan Buatan (AI), penguatan kesehatan mental murid, dan penanaman nilai-nilai Islam sebagai fondasi karakter. Ini bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang telah diimplementasikan.
Alarm Darurat: Krisis Kesehatan Mental Mengintai Generasi Digital
Sebelum membahas solusi, penting untuk memahami skala masalahnya. Iis Rosilah, memaparkan data yang mengkhawatirkan dalam International Conference ICON IMAD XIV di Brunei Darussalam.
-
- Statistik Global: Riset menunjukkan 1 dari 10 anak memiliki masalah kesehatan mental, dan 40% di antaranya dimulai bahkan sebelum anak berusia 4 tahun.
- Kondisi Indonesia: Situasinya tidak lebih baik. Dua dari tiga anak Indonesia (usia 13-17 tahun) mengaku pernah mengalami kekerasan. Lebih lanjut, 41% siswa melaporkan pernah menjadi korban perundungan (bullying).
- Pemicu Kompleks: Wawancara dengan praktisi seperti Fatimiyah Counseling Services mengungkap akar masalahnya, mulai dari bullying, body shaming, tekanan orang tua, hingga dampak negatif kecanduan internet dan AI.
Data ini adalah sinyal darurat. Mengejar kemajuan teknologi tanpa membangun sistem pendukung untuk kesehatan mental siswa sama saja dengan membangun gedung pencakar langit di atas fondasi yang rapuh.
Tiga Pilar Pendidikan Masa Depan
Dari riset mendalam tersebut, Iis Rosilah menyimpulkan sebuah kerangka kerja fundamental untuk pendidikan di era modern. Untuk menghadapi tantangan zaman, siswa tidak cukup hanya cerdas, tetapi juga harus seimbang.
- Literasi Kecerdasan Buatan (AI): Bukan sekadar bisa menggunakan, tetapi memahami cara kerja, etika, dan dampak AI. Tujuannya adalah menjadikan siswa sebagai tuan atas teknologi, bukan budaknya.
- Penguatan Kesehatan Mental: Pendidikan harus secara proaktif menyediakan ruang aman, layanan konseling, dan program-program yang membangun ketahanan emosional, empati, dan kemampuan sosial siswa.
- Penanaman Nilai-Nilai Islam: Sebagai kompas moral, nilai-nilai spiritual memberikan tujuan, ketenangan, dan karakter yang kuat untuk menavigasi dunia yang terus berubah.
Ketiga pilar ini bukanlah mata pelajaran yang terpisah, melainkan sebuah ekosistem yang harus terintegrasi dalam setiap aspek pendidikan.
Studi Kasus AIMAH: Ketika Teori Menjadi Aksi Nyata di Yayasan Muthahhari
Inilah bagian yang paling penting. Konsep tiga pilar ini bukan lagi sekadar presentasi di konferensi internasional; ia telah hidup dan diimplementasikan melalui sebuah program terobosan bernama AIMAH (AI dan Mental Health) di Yayasan Muthahhari.
Program AIMAH adalah bukti nyata komitmen Yayasan Muthahhari dalam menjawab tantangan zaman. Program ini secara konkret memberikan edukasi tentang pemanfaatan AI yang positif sekaligus memperkuat kesehatan mental para siswa. AIMAH diterapkan di semua unit sekolah, mulai dari:
-
- Sekolah Cerdas Muthahhari (Fun Schooling)
- SMP Bahtera (Berakhlak dan Terampil)
- SMP Plus Muthahhari (Berakhlakul Karimah, Intelek, Kreatif)
- SMA Plus Muthahhari (Sekolah Para Juara)
Menatap Masa Depan: Pendidikan yang Memanusiakan
Langkah yang diambil oleh Yayasan Muthahhari adalah pengingat penting bagi kita semua. Tujuan tertinggi dari pendidikan bukanlah untuk menciptakan manusia yang paling tahu teknologi, melainkan untuk membentuk manusia yang paling bijak dalam menggunakannya.
Dengan menyeimbangkan kecerdasan buatan, kesehatan mental, dan nilai-nilai luhur, kita tidak hanya mempersiapkan siswa untuk bekerja di masa depan, tetapi juga untuk hidup sebagai manusia seutuhnya.
Sebagai puncak pengakuan atas gagasan yang dipaparkan, pada malam puncak Apresiasi Persidangan Antar Bangsa Islam di Alam Melayu Kali ke-14, karya tulis berjudul “Balancing Artificial Intelligence, Mental Health and Islamic Value Education: Pillars of Future Learning in The AI Era” yang dipresentasikan oleh Ibu Iis Rosilah bersama timnya, secara resmi dianugerahi penghargaan ‘Best Paper (English)’ dalam International Conference on Islam in Malay World XIV (ICON IMAD XIV) 2025.
Pengakuan atas prestasi ini datang dari salah satu media berbahasa Inggris paling berpengaruh di Brunei Darussalam, Borneo Bulletin. Dalam edisinya hari Kamis, 9 Oktober 2025, Borneo Bulletin secara jelas menyebutkan kemenangan tim dari Indonesia dalam artikelnya yang berjudul “Academics feted at ceremony”. Media ini mengutip: “The winner for the English category was Iis Rosilah, Ayi M Siroujudin, Dima Noor Ziehad, Hasbiyallah and Dedi Sulaeman from UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia…”. Liputan ini menunjukkan bahwa pencapaian tersebut berhasil menjangkau audiens internasional yang lebih luas.
Surat kabar Media Permata turut mengabarkan berita gembira ini kepada para pembacanya di Brunei. Pada edisi yang sama, 9 Oktober 2025, media ini menyoroti acara “Majlis apresiasi rai pembenang ICON IMAD XIV” dan secara spesifik menulis: “Sementara Pemenang Terbaik Bahasa Inggeris dimenangi oleh Iis Rosilah, Ayi M Sirojudin… dari Universiti Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, Indonesia…”. Kehadiran berita ini di Media Permata mengukuhkan relevansi pencapaian tersebut bagi masyarakat lokal.
Konfirmasi lebih lanjut datang dari Pelita Brunei, yang juga meliput acara penganugerahan pada 9 Oktober 2025. Dalam laporannya, Pelita Brunei menyatakan bahwa tim dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi pemenang untuk Kertas Kerja Terbaik Bahasa Inggeris, dengan menulis: “Manakala Iis Rosilah, Ayi M Sirojudin… memenangi bagi Kertas Kerja Terbaik Bahasa Inggeris…”. Liputan dari tiga media berbeda ini menunjukkan betapa signifikannya acara dan pencapaian yang diraih.
Penghargaan ini adalah validasi internasional bahwa solusi pendidikan yang diusung melalui program AIMAH di Yayasan Muthahhari bukan hanya sebuah konsep, melainkan sebuah mahakarya pemikiran yang diakui keunggulannya di panggung global. Selamat atas pencapaian yang luar biasa ini!
Tertarik dengan pendekatan pendidikan holistik kami? Pelajari lebih lanjut tentang kurikulum di sekolah-sekolah Yayasan Muthahhari:
-
- Sekolah Cerdas Muthahhari (Fun Schooling): https://www.instagram.com/scmbandung/
- SMP Bahtera (Berakhlak dan Terampil): https://www.instagram.com/smp_bahtera/
- SMP Plus Muthahhari (Berakhlakul Karimah, Intelek, Kreatif): https://www.instagram.com/smpmth/
- SMA Plus Muthahhari (Sekolah Para Juara): https://www.instagram.com/smuth_official/

